Layang-layang Dalam Ingatan Raisa
Sewaktu
kecil Raisa tinggal dilingkungan sekolah.
Menempati rumah dinas yang disediakan pemerintah dibelakang bangunan Sekolah Dasar.
Raisa, tinggal dipekarangan sekolah karena kedua orang tuanya bekerja sebagai
guru. Di tempat itulah pertama kali Raisa mengenal layang-layang. Saat musim
panen banyak warga berlomba-lomba menaikkan layang-layang di lahan sawah yang
telah dipanen. Umumnya yang bermain layang-layang ini adalah anak lelaki dan
para bapak-bapak.
Mereka
ramai-ramai mencari batang bambu dan mengumpulkan plastik, kertas karton minyak
untuk membuat layang-layang. Sungguh indah pemandangan dikala sore hore
tersebut. Dalam menaikkan layang dibutuhkan konsentrasi alat indra. Seperti
tangan yang selalu lincah dalam menaikkan layang-layang dan mata yang fokus ke atas taku layangan
putus dan terbang kemana-mana.
Layang-layang
memiliki kenangan tersendiri untuk Raisa. Terutama kenangan kepada seorang
lelaki yang mencintainya yaitu kakeknya. Saat itu Raisa adalah cucu pertama dan
adikknya masih bayi. Mungkin, ketika itu kakeknya memiliki hasrat untuk bermain
layangan. Dan satu-satunya diajak oleh kakeknya bermain layangan adalah Raisa.
Tentu, layangan terebut bukan buatan kakeknya tetapi dibeli pasar. Saat itu
kakeknya sudah tua dan tak mungkin untuk membuatkan layangan seperti
teman-temannya atau warga pada umumnya.
Sekarang
Raisa telah dewasa, dan ia tak lagi tinggal dipekarangan sekolah. Ibu dan
bapaknya telah memiliki rumah sendiri. Namun lokasinya tetap tidak jauh dari
sekolah, disekitar pekarangan juga masih ada sawah. Namun luasnya tidak seluas
ketika Raisa masih cilik dahulu kala. Tiba-tiba Raisa merasa ada sesuatu yang
aneh di senja hari ini. Padahal musim panen telah tiba. Tidak ada lagi
anak-anak yang bermain bola atau pun bermain layangan. “Buk… sepeda Raisa mana?
mau keliling kampung mau beli sate kakang buk, ucapnya pada ibu yang sedang
merajut.” Ditempat biasa nak, digudang, jawab ibunya”. Perlahan tidak ada suara
lagi hanya bunyi tapak sendal kayu Raisa.
Semenjak
lulus SMA Raisa memutuskan untuk berkuliah dan bekerja dikota. Hingga, akhirnya
ia dapat jadwal cuti akhir tahun selama dua minggu. Raisa memutuskan pulang
kampung karena rindu kepada kakeknya. Ia berharap dapat melihat layangan
sehingga kenangan tentang kakeknya terus terjaga terutama diakhir tahun pasti
para petani sedang panen.
Namun
nyatanya, semua sudah berubah. Tidak ada lagi anak-anak yang bermain
kejar-kejaran di gang menuju rumahnya.Anak-anak laki-laki lebih sering
menghabiskan waktunya diwarnet untuk bermain game, diwarung play station. Raisa
memang harus menerima bahwa perubahan teknologi juga telah merubah kebiasaan
anak-anak dikampungnya. Namun biar bagaimanapun Raisa tak akan lupa tentang
syair layang-layang yang sering dinyanyikan bersama teman-temannya sewaktu
kecil. Saat melihat layangan diterbangkan.
Kuambil
buluh sebatang
Kupotong
sama panjang
Kuraut
dan kutimbang dengan benang
Kujadikan
layang-layang
Bermain berlari
Bermain
layang-layang
Berlari
kubawa ke tanah lapang
Hatiku
riang dan senang
#TantanganODOP2
#BATCH5
Comments
Post a Comment