23 July 2019

Belajar Membangun Support System



“Kemarin aku menjadi pintar Aku ingin merubah dunia, Hari ini aku menjadi bijak aku ingin merubah diriku sendiri” Rumi

Hai, assalamu’alaykum  warahmatullohi  wabarakatuh.



Picture: From Google



#SelasaSharing  adalah program baru dari rahma’s blog.  Berbagi pandangan tentang kehidupan, ambil yang baiknya  dan buang yang buruknya. Semakin kita besar, kita akan menyadari ada pandangan yang berbeda dalam melihat kehidupan. Tugas kita sebagai manusia menurutku bukan menghakimi tapi memaklumi hal tersebut dan menerimanya sebagai cara pandang kita dalam melihat kehidupan.

Btw, tentang support system. I believed we had it.  Secara umum kita belajar tentang support system when we were a student.  Beberapa hari yang lalu aku ngeliat insta story seseorang yang aku folow dari beberapa tahun yang lalu. Meskipun dia gak follow back. Its oke never mind because of him. I got many inspirations.

Support system menurut versiku adalah orang tua, sahabat, teman-teman dan orang-orang yang kita temui. Tapi the number one adalah orang tua dan keluarga. Bagaimanapun kehidupan ini  tempat terbaik untuk pulang adalah rumah tempat terbaik untuk mengadu adalah orang tua.
Semakin kita besar kita memiliki pandangan yang berbeda tentang kehidupan, tak jarang banyak yang antar saudara jadi ribut, orang tua dan anak tidak memiliki hubungan yang baik. Atau yang dulunya sobab karib menjadi biasa saja. Hmmmmmmmm,

Jujur, beberapa tahun belakangan aku merasa seperti menarik diri dari lingkunganku sendiri, kecuali orang tua dan orang-orang terdekat. Alasannya sederhana karena  ada beberapa orang yang kukenal dan  mereka bukanlah my support system. Mereka lebih sibuk menanyakan aku lagi dimana sekarang? kesibukannya apa? ngapain aja? kapan nikah?. Lalu membandingkan dengan apa yang telah mereka capai. Bukannya aku tidak menerima kritik dan saran. But we have a different way to see world and to see life. I think everybody in this wordl just need a support to be successful. Tapi untuk mendapatkan semua itu gak ngampang. Lagi-lagi karena kita memiliki perbedaan dalam melihat dunia ini.

Karena aku merasakan gak enaknya ditanyain seperti itu, aku jadi jarang upload di medsos mulai dari status dan menulis caption. Padahal sebelumnya, aku adalah makhluk yang lumayan sering berbagi kegiatan di media soasial dan kalau ada apa-apa biasanya sering curhat juga. Nah, berdasarkan instastory beliau dan pengalamanku aku ingin berbagi cara membangun support system versiku. What is it ? Let see:

1.       Menanamkan pengertian kepada orang tua dan keluarga tentang apa tujuan hidup kita.
Kebayang gak sih ? beliau baru  nikah langsung ninggalin istrinya lagi hamil untuk melanjutkan study keluar negeri. Mungkin  kalau bukan karena  bisa menanamkan pengertian yang  baik tentu beliau tidak akan bisa menjalankan kehidupannya.  Dewi  Nur Aisyah  seorang perempuan yang sangat menginspirasi. Melalui media sosialnya ia pernah berbagi bahwa orang tuanya tidak mengerti tentang ielts atau apapun yang ia jalani sekarang tetapi ia berhasil mendapatkan beasiswa dan sekolah diluar negeri. Tentunya jika bukan pemahaman yang baik ditanamkan semuanya tidak akan bisa dicapai dengan baik.  

2.       Membangun hubungan yang baik dengan teman
Aku  percaya  membangun hubungan yang baik dengan teman harus menjadi tujuan utama dalam kehidupan. Dan aku percaya bahwa pada dasarnya seseorang itu baik. Dan aku tidak membenarkan kita memilih teman-teman karena dia cantik, kaya dan pintar. Dengan menghormati opini teman-teman dalam melihat kehidupan  adalah cara  terbaik menurutku. Kita tidak bisa memaksakan orang  lain untuk memiliki cara yang sama dalam melihat kehidupan. Karena dalam memiliki  hobby  saja kita bisa berbeda. Lantas karena berbeda kita gak jadi berteman? wah ini sesuatu yang tidak dapat dibenarkan.

3.       Berhenti banyak bertanya, mulai saling menyemangati.
Sekarang aku lagi diposisi mulai berhenti bertanya dan membanding-bandingkan kehidupan. Dibilang masa bodoh juga sepertinya aku tidak jago dalam hal ini. Hal yang paling aku benci adalah ketika aku menanyakan kapan menikah kepada teman-temanku yang memiliki relations ship. Sepertinya aku hanya ingin mengatakan semoga segera ya lancar rezekynya. Atau kepada teman-teman yang baru nikah. Udah isiya ??? rasanya dosa besar.


4.       Menghormati siapapun
Respect itu sangat sulit. Menghormati orang-orang, tapi mulai sekarang sepertinya aku harus terus belajar dan belajar untuk menghormati seseorang. Kalau suka disenyumin kalau tidak suka tetap senyum.

Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat.
Wassalamu’alaykumwarahmatullohi wabarakatuh.
See you on the next post.

24 comments:

  1. Tanya mengenai "kapan" memang budaya yang keliru yang sudah mengakar di negara kita, Mbak. Semenjak aku pernah ngerjain skripsi, seseknya ditanya kapan lulus, aku jadi nggak pernah lagi bertanya "kapan" ke orang2 hanya untuk memuaskan penasaranku.

    ReplyDelete
  2. Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Zahrah, sesama anggota WAG IHB :)
    Semoga kedepannya bisa berteman baik ya kak hehe.
    Sudah saya follow blognya ^_^

    Btw, saya jadi teringat sebuah percakapan dengan teman dekat di dunia maya. Dia bilang, unfollow semua akun yang tidak membaw akebermanfaatan untuk dirinya. Meski itu keluarga, atau teman dekat. Katanya, kehidupan sosial media nya jadi lebih tenang hehe.

    ReplyDelete
  3. Wah keren bgt nih membangun support system nya, memang kadang orang tuh ga sadar kalo yg ditanyakan itu justru bikin kita down, jd sedih:(

    ReplyDelete
  4. Mba Dewi Nur Aisyah juga salah satu perempuan inspiratif di mataku.... Meski rezeki kami berbeda, tapi banyakkkk pelajaran yang beliau bagi, dan itu bikin bersyukur juga, bukan bikin iri tak jelas.

    ReplyDelete
  5. Masya Allah.. benar bgt ya zaman now itu netizen seolah maha benar jadi seenaknya aja nanya atau judge seseorang itu buruk kalau gak sesuai sama standar mereka huft.. semangat terus ya mba 😊

    ReplyDelete
  6. Setuju kak support yang paling dekat sama kita memang keluarga, karena merekalah yang menerima kita dan tahu luar dalem nya kita. Hanya saran kak untuk tulisannya, mungkin ada beberapa bagian yang harusnya di spasi dan ditandai misalnya sebagai sub heading biar lebih enak dibacanya, soalnya isi kontennya udah asik.

    ReplyDelete
  7. Support system itu adalah keluarga dan memang sebaiknya dibangun sejak usia dini. Agar suatu saat nanti kita tidak merasa sendiri. Apakah terlambat kalau di usia dewasa? Tidak ada kata terlambat kalau kita mau memperbaiki hubungan dan memperkokohnya. Semangaattttt

    ReplyDelete
  8. Ternyata bukan cuma aku yg menarik diri dari lingkungan karena ada rasa 'gak nyaman' pas ditanyain pertanyaan aneh-aneh. Aku jadi malas bersosialisasi

    ReplyDelete
  9. Setuju Kak. Berhenti bertanya dan mulai saling menyemangati ☺️. Salung menghormati dengan pilihan hidup seseorang bener banget hehe. Saya harus instrospeksi diri juga wkwk

    ReplyDelete
  10. Jadi peka itu emang susah, tapi leboh baik bertanya dari pada diam saja. Dan aku setuju tentang bagaimana kita harus menanamkan pengertian terhadap orangtua dan keluarga. Itu penting banget buat bangun system support dalam keluarga

    ReplyDelete
  11. Yup menghormati siapa pun tanpa pandang bulu. Tidak terlalu memikirkan apa yg orang nilai terhadap diri Kita.

    ReplyDelete
  12. Kalau zaman dulu sering banget diminta buat nggak pilih-pilih dalam berteman. Tapi makin dewasa jadi paham sendiri kalau berteman itu memang harus memilih. Hempaskan yang memberikan kontribusi negatif. They'll get you nowhere 😀

    ReplyDelete
  13. Terimakasih Selasa Sharing nya. Semoga konsisten ya biar saya bisa terus mendapat bacaan bergizi hehehe...
    Terkait Selasa Sharing jadi ingat program yang sama si komunitas blogger ISB

    ReplyDelete
  14. emang paling ga enak ditanya dengan semua pertanyaan itu mba �� dan aku juga paling benci lagi kalau udah body shaming juga bahkan pernah ada yg bilang aku ga bahagia nikah duh cotoy banget

    ReplyDelete
  15. Ditanyai kapan nikah? Haduh pasti bikin bete banget. Iya mbak aku juga sering banget dapat pertanyaan2 yang menyudutkan, menghakimi, dan mematahkan semangat. Bahkan sampai sekarang aq juga masih menarik diri dari pergaulan yang menyuport. Sebagai gantinya aku cari lingkungan baru yang bisa mendukungku... Semoga apapun itu, Allah mudahkan segala urusannya ya mbak, jazakillah...

    ReplyDelete
  16. aku pernah di posisi selalu menangis saat ditanya orang setiap ketemu, kapan mau punya anak? Padahal ya sedang berjuang. Sekarang makanya ga berani tanya juga ke orang lain. Kalaupun mereka punya anak juga nanti akan liat sendiri kan anaknya hehehhe

    ReplyDelete
  17. support system ini yang paling utama menurutku, karena bagaimana kita itu adalah andil dari para support system juga. Terutama kalau yang sudah menikah, support systemnya ya suami atau istri. Lalu anak, orang tua, keluarga, dan teman-teman.

    ReplyDelete
  18. Setuju, apalagi yang poin paling akhir. Aku percaya banget sama kata kata "Treat others the way you want to be treated". Jadi kalau kita ingin orang menghormati dan menyupport kita, kita juga yang harus insiatif memulai langkah dengan menghormati dan support orang lain :)

    ReplyDelete
  19. Salah fokus sama pertanyaan kapan nikah. Hahha. Aku sendiri pernah ada dalam fase menghindari orang-orang karena merasa seperti malas aja, sih, menanggapi banyak pertanyaan serupa yang kadang juga cuma sekadar basa-basi. Tapi, akhirnya ya ditanggapi saja dan kadang, meski bukan support system, aku selalu menganggap mereka sedang mendukung aku dengan cara mereka, sih. Be positive gitu hahha.

    ReplyDelete
  20. Support system itu penting banget ya mbak. Aku juga pernah ngerasa waktu ada di masa masa sulit. Rasanya down dan hilang arah banget. Tapi ada support system bikin kita tetep rasional dan bisa berpikir jernih.

    ReplyDelete
  21. Tugas manusia adalah belajar dan mau menerapka hal hal baik dari pelajaran hidup yang didapatinya.. Allah SWT itu melihat proses hambanya juga.. mau jadi baik atau tidak.. manusia sendiri yang memilihkan.. semangat terus belajar ya mbak

    ReplyDelete
  22. Yang penting memang kita hidup harus punya visi dan misi. jadi ketika ada omongan orang lain yang gak enak, kita akan kokoh kedepan berjalan di our own path

    ReplyDelete
  23. Semangat terus ya mbaaa, memang kita tidak bisa membandingkan diri dg org lain apalagi pencapaian karena kita berada d jalur yg beda-beda.

    ReplyDelete
  24. Senyum dan selalu menghormati orang lain itu kunci ya kak dimanapun dan kapanpun.

    ReplyDelete