01 February 2018

Layang-layang Dalam Ingatan Raisa



Sewaktu kecil Raisa tinggal dilingkungan sekolah. Menempati rumah dinas yang disediakan pemerintah dibelakang bangunan Sekolah Dasar. Raisa, tinggal dipekarangan sekolah karena kedua orang tuanya bekerja sebagai guru. Di tempat itulah pertama kali Raisa mengenal  layang-layang. Saat musim panen banyak warga berlomba-lomba menaikkan layang-layang di lahan sawah yang telah dipanen. Umumnya yang bermain layang-layang ini adalah anak lelaki dan para bapak-bapak. 


Mereka ramai-ramai mencari batang bambu dan mengumpulkan plastik, kertas karton minyak untuk membuat layang-layang. Sungguh indah pemandangan dikala sore hore tersebut. Dalam menaikkan layang dibutuhkan konsentrasi alat indra. Seperti tangan yang selalu lincah dalam menaikkan layang-layang dan mata yang fokus ke atas taku layangan putus dan terbang kemana-mana.

Layang-layang memiliki kenangan tersendiri untuk Raisa. Terutama kenangan kepada seorang lelaki yang mencintainya yaitu kakeknya. Saat itu Raisa adalah cucu pertama dan adikknya masih bayi. Mungkin, ketika itu kakeknya memiliki hasrat untuk bermain layangan. Dan satu-satunya diajak oleh kakeknya bermain layangan adalah Raisa. Tentu, layangan terebut bukan buatan kakeknya tetapi dibeli pasar. Saat itu kakeknya sudah tua dan tak mungkin untuk membuatkan layangan seperti teman-temannya atau warga pada umumnya. 

Sekarang Raisa telah dewasa, dan ia tak lagi tinggal dipekarangan sekolah. Ibu dan bapaknya telah memiliki rumah sendiri. Namun lokasinya tetap tidak jauh dari sekolah, disekitar pekarangan juga masih ada sawah. Namun luasnya tidak seluas ketika Raisa masih cilik dahulu kala. Tiba-tiba Raisa merasa ada sesuatu yang aneh di senja hari ini. Padahal musim panen telah tiba. Tidak ada lagi anak-anak yang bermain bola atau pun bermain layangan. “Buk… sepeda Raisa mana? mau keliling kampung mau beli sate kakang buk, ucapnya pada ibu yang sedang merajut.” Ditempat biasa nak, digudang, jawab ibunya”. Perlahan tidak ada suara lagi hanya bunyi tapak sendal kayu Raisa. 

Semenjak lulus SMA Raisa memutuskan untuk berkuliah dan bekerja dikota. Hingga, akhirnya ia dapat jadwal cuti akhir tahun selama dua minggu. Raisa memutuskan pulang kampung karena rindu kepada kakeknya. Ia berharap dapat melihat layangan sehingga kenangan tentang kakeknya terus terjaga terutama diakhir tahun pasti para petani sedang panen. 

Namun nyatanya, semua sudah berubah. Tidak ada lagi anak-anak yang bermain kejar-kejaran di gang menuju rumahnya.Anak-anak laki-laki lebih sering menghabiskan waktunya diwarnet untuk bermain game, diwarung play station. Raisa memang harus menerima bahwa perubahan teknologi juga telah merubah kebiasaan anak-anak dikampungnya. Namun biar bagaimanapun Raisa tak akan lupa tentang syair layang-layang yang sering dinyanyikan bersama teman-temannya sewaktu kecil. Saat melihat layangan diterbangkan. 

Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang

Bermain berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang

#TantanganODOP2 #BATCH5

No comments:

Post a Comment